Mengenai Saya

Foto saya
Ganteng, Tidak Sombong, Rajin Menabung, Menyukai budaya pop dan klasik, Olahraga, Musik, dan Membaca.

Sabtu, 14 Oktober 2023

Untuk Diriku di Umur 10 Tahun

Hai balik lagi sama gw si Ray sang seniman bokek walaupun udah gak bokek bokek amat karena hayoo kepo ya. Udah lama gak nulis di blog, kehabisan ide? Gak juga, gak ada waktu? Gak juga. Malas? Gak juga, mungkin bukan prioritas ya hehehe karena awal blog ini sejatinya diciptakan bukanlah sebagai sarana gue pribadi melepaskan penat, Hoya jelas cara gw melepas penat lebih banyaknya foya2.. stop sampai disini, okey awalan blog ini adalah konten edukasi (gaya lo malih) iya bener suwek awalan blog ini gw bikin ya untuk jurnal kuliah gw wahaha tapi nyatanya jalan hidup dari waktu di linimasa dunia ini berkata lain.. ya akhirnya hanya untuk melepas penat, kalau-kalau ada ide yg tiba-tiba dengan ajaib melintas di pikiran gw.

Oke kembali ke konteks yaa ges ya, judulnya serem nih gue bikin mampus klean hahaha.. berawal dari kegiatan pagi dan sore saya kebanyakan scroll reels Instagram atau post orang eh Nemu nih story story galau tentang perjalanan hidup seseorang. Sejauh ini, ini sih paling jauh (udah bercandanya anyeeng) iya iya maksudnya Nemu nih post dimana tentang psikologis seseorang yg mengetes jika kamu pribadi bertemu dengan dirimu yg berusia 10 tahun. Apa yang akan kamu katakan, hmm menarik kan? Sebenernya gue pribadi dah lama tau konteks dan konsepnya ini tapi waktu itu mungkin belum banyak pengalaman gue (iye masih cufuu akuu ajarin puh sepuh cepuh) okee tapi di umur gue yg menginjak last years before become a cerberus (banyakan ngeles nih orang bilang aja 29 pake acara representasi binatang mitos ngalor ngidul ngidol eh) Ya berarti di umur 10 tahun tepatnya 19 tahun yg lalu. Udah tua juga gue ya sempet2nya foto background biru pula tapi belom nikah *eh stop!!! Notabennya umur 10 tahun kan masih unyu-unyu tyt... Ehh maksudnya masih lucu-lucunya rasa rokok pun belum tau minum kopi paitpun langsung dilepeh atau lidah kena lidi-lidian pedes pun langsung kepanasan, dan bibir kena permen karet pun masih susah ngunyahnya lagi hahaha. Ya, aku minta maaf untuk diriku diumur 10 tahun itu tapi Aku tidak menyesali apapun aku tidak tahu kalau di 19 tahun mendatang kamu berkali-kali tidak berdaya, kamu berkali-kali salah naek angkot (masih aja bercanda) salah memilih jalan, kamu berkali-kali mengingkari aturanmu sendiri, kamu berkali-kali harus ganti impian (kecuali jadi Ultraman, karena Aku masih bermimpi jadi Ultraman sampe sekarang!) Kamu berkali-kali mengulang kesalahan apalagi percintaan (WAKAKAKAKAK MAMPOS!) Kamu berkali-kali meninggalkan temanmu, kamu berkali-kali dikhianati temanmu, kamu berkali-kali mengkhianati orang yg percaya padamu, kamu berkali-kali menyia-nyiakan kesempatan yg datang, kamu berkali-kali harus kehilangan orang yg kamu sayangi, kamu berkali-kali harus kehilangan arahmu, kamu berkali-kali harus hidup dan terbiasa dengan menyimpannya sendiri.

Tapi dibalik itu kamu ya kamu aku diumur 10 tahun, aku memang tidak tahu menahu tentang teori dunia paralel yg ada di universe ini namun di lini masa yg akan dan sudah kamu jalani selama 19 tahun itu aku takkan menyesali setiap pilihanku walaupun jalanku salah, walaupun itu jalan menuju kehancuran, walaupun itu jalan menuntun pada kesepian, jujur arogan bukan? Tidak apa-apa, karena aku tahu itu semualah yg membuatku bertahan dan sampai disini, karena pada akhirnya segala pilihanmu akan menuntunmu ke arah yg baik, selain itu didunia ini tidak ada yg selamanya jadi salah. Kau mungkin akan mengkhianati pemikiranmu sendiri, merusak aturanmu sendiri, komitmenpun terasa seperti air payau dan yg paling pasti kau akan berjalan dijalan kesepian. Tapi dari situlah kamu akan berkembang menjadi seperti ini walaupun jalan itu menuju kesepian namun tidak berarti kau benar2 kesepian, ada banyak yg masih akan selalu membantumu, karena pada akhirnya seperti halnya pepatah mengatakan "Seorang raja selalu memahami kesepian dan terbiasa dengan kesepian, namun seorang raja tidak pernah berjalan sendirian"

Jumat, 28 Februari 2020

Kepada Mereka yang Gundah




KEBEBASAN IDEAL
Keidealan itu dibangun atas dasar mimpi dan juga realitas yg dijalani seseorang, semua keidealan itu relatif pada dasarnya. Ada yg menganggap uang segala2nya ada juga yg menganggap bahwa itu hanya sebuah reward, ada yg menganggap kebersamaan menjadi unsur bersama ada juga yg senang menyendiri walaupun bersama. 
Kau tidak dapat memaksakan seseorang untuk menjadi seperti yg kau inginkan bukan? Jalan itu tidak dirangkai melalui kata2 saja namun juga dari tindakan dan sikap, kau mungkin dapat mendekonstruksikan sebuah hal melalui tulisanmu dengan semangat yg menggebu-gebu, tapi untuk si penyendiri menganggap itu hanya sebuah lelucon (?) Jadi apakah koresponden menangkap hal yg sama? Bisa saja mereka me-identifikasikan nya dengan hal yg berbeda. 
Maka dari itu temukanlah orang2 yang sama denganmu bukan bermaksud untuk mensekulerkan diri, namun selaras itu sudah sepantasnya. Tapi ada juga yang dapat berorientasi didunia yg berbeda 180 derajat dari dirinya sendiri, itu juga merupakan sesuatu hal yang wajar nan lazim. Dan jangan pernah bilang ideal dan realitas tidak sama, jangan pernah karena banyak hal didunia ini yang masih dapat menjadi ideal didalam dirimu. Dan terakhir makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang sebelum kadar kolestrol naik 😁😁😁

Memang benar memberikan sebuah motivasi untuk terus berjuang merupakan sesuatu yg mulia, karena perjuangan itu sendiri merupakan suatu keharusan. Sesuatu yang mengalir dari keinginan kita untuk selalu memberi arti dalam hidup ini.

Tapi sering kali kita lupa, hidup terkadang bukan soal menang ataupun kalah saja. Ada kalanya menyerah terhadap sesuatu bukanlah perbuatan hina ataupun sesuatu itu (yg diperjuangkan) tidak berharga. Cari aman? Tidak, melarikan diri? Sempit sekali, pembenaran? Mungkin iya, mungkin juga tidak, tapi apa reward dari menyerah? Terhina bukan?

If things happen for a reason, why surrender being an exception? Menyerah pada sesuatu itu bukanlah hal yg hina menurutku jangan memperkecilnya dgn usaha yg sebelumnya jadi sia2, semua itu bisa terelasikan walaupun komponen dan konteksnya sedikit berbeda. Hanya saja bukan saya bilang menyerah itu mulia, saya bilang tidak apa2 jika kau menyerah pada sesuatu, tapi tidak dengan menyerah kepada keseluruhannya.

Contohlah jerman dan Jepang, jika mereka tidak menyerah pada perang dunia, apa mungkin teknologi mereka akan secanggih sekarang? Bukankah lebih banyak peluang bisnis yg dapat digarap jika mereka pantang mundur lalu menang? Atau mungkin tidak ada lagi orang2 jerman dan juga Jepang sekarang ini bahkan hanya dalam sekedar buku jika tidak menyerah waktu itu. 
Karena masih terlalu banyak hal lain yang dapat digapai,  dan sepertinya begitulah cara dunia bekerja.

Selasa, 11 Oktober 2016

ALAM

Bersahajalah dengan Lingkungan


            Antropologi sebagai sebuah ilmu dengan manusia sebagai objek utama dalam kajiannya, serta hubungan-hubungan manusia dengan lingkup hidupnya. Tidak hanya berhubungan dengan kebudayaan, manusia juga memiliki hubungan dengan alam dan lingkungan. Alam menyediakan berbagai sumber kehidupan manusia. Seringkali lingkungan dapat menjadi suatu faktor pembentukan pribadi atau watak manusia, fisik manusia yang berbeda antara daerah satu dengan daerah yang lain, bahkan lingkungan juga mempengaruhi sebuah tradisi atau budaya suatu daerah. Dalam tulisan ini, fokus yang akan dibahas lebih mengenai lingkungan yang memiliki hubungan terhadap budaya suatu daerah. Dalam ilmu antropologi, seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa manusia serta segala yang melingkupinya merupakan objek utama dalam kajiannya, termasuk lingkungan yang nantinya mempengaruhi kebudayaan manusia. Hal tersebut memunculkan sebuah cabang ilmu antropologi yang menkaji hubungan antara ekologi dengan manusia yang dirasa hal tersebut sangat menarik dan membawa pengaruh besar pada kehidupan manusia. Pengaruh-pengaruh lingkungan terhadap kebudayaan merupakan sebuah pemikiran yang baru-baru ini dibahas secara sungguh-sungguh oleh para ahli antropologi. Lingkungan hanya dilihat sebagai faktor yang mempunyai pengaruh yang membatasi kebudayaan yaitu bahwa aktivitas tertentu mustahil terjadi pada iklim-iklim tertentu (seperti kebudayaan pertanian di daerah kutub), tapi jangkauan yang lebih jauh tidak ada sehingga lingungan hanya dilihat sebagai sesuatu yang tak mempunyai pengaruh langsung terhadap kebudayaan. (T.O Ihromi, 1999: 68)

            Involusi pertanian pada masyarakat Jawa dan penyakralan masyarakat India terhadap sapi merupakan salah satu fenomena mengenai ekologi budaya dan dibahas dalam antropologi ekologi. Sedikit membahas mengenai kasus pantang makan daging sapi di kalangan orang Hindu di India yang menjadi salah satu contoh dari hubungan lingkungan dengan kebudayaan. Kasus ini menjadi salah satu ketertarikan dari Marvin Harris yang terkenal dengan teori cultural materialsm. Gejala sapi suci di India sangat kontroversial pada banyak segi. Pada masyarakat kekurangan gizi dan nutrisi berjangkit luas saat itu, namun sapi tetap dibiarkan hidup dan mati begitu saja tanpa pernah dimanfaatkan daging dan lemaknya. Sapi di India ternyata juga sudah melampaui batas untuk menjaga kelestarian lingkungan, persediaan sumber daya alam yang tersedia hanya cukup untuk memberi makan sepertiga sampai setengah dari populasi sapi yang ada. Hal tersebut membuat manusia dan sapi di India saling berebut makanan karena apapun yang dimakan manusia juga dimakan oleh sapi, bahan makanan yang harusnya dimakan oleh manusia ternyata harus masuk ke dalam mulut sapi. Dapat dikatakan bahwa sapi adalah sumber bencana bagi keberlangsungan hidup manusia di India, semua ini berpangkal dari pelanggaran membunuh dan memakan daging sapi. Harris menarik kesimpulan bahwa sapi di India memang lebih baik dibiarkan hidup daripada disembelih dan dimakan dagingnya, pantangan membunuh sapi dikalangan orang Hindu ternyata memiliki fungsi positif bagi kehidupan ekonomi mereka.[1]

            Terlepas dari fenomena sapi suci di India, lingkungan dan kebudayaan memiliki hubungan yang jika lebih dikaji lagi kedua hal tadi dapat memberikan efek besar terhadap kehidupan manusia. Julian Steward adalah salah seorang yang menyarankan pengkajian tentang ekologi kebudayaan, yaitu analisa mengenai hubungan antara suatu kebudayaan alam dengan sekitarnya atau lingkungannya (T.O Ihromi, 1999: 68). Jadi dapat dikatakan bahwa lingkungan fisik dan lingkungan sosial berpenagruh terhadapa perkembangan dari kebudayaan yaitu dalam arti bahwa individu-individu dan bangsa-bangsa berperilaku menurut cara yang berbeda, mencapai keberhasilan yang berbeda tingkatnya dalam perjuangannya untuk mempertahankan kelompoknya dan jumlah mereka dan sebagai konsekuensinya berbeda juga mengenai cara penyampaian atau transmisi pola-pola perilakunya dari satu generasi ke generasi.berikutnya. Berangkat dari anggapan bahwa lingkungan memiliki keterkaitan dengan kebudayaan manusia, maka hal tersebut juga terlihat pada film dokumenter seorang reporter dari Barat untuk mendokumentasikan beberapa kehidupan manusia di beberapa tempat berbeda yang di dalam kehidupan mereka terlihat hubungan antara lingkungan dengan adat, tradisi, kebiasaan serta budayanya.

            Dalam cuplikan film dengan judul ‘Jungle: People of Tree’ banyak menceritakan kehidupan manusia yang tinggal di daerah terisolir, untuk bertahan hidup mereka harus pintar untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di daerah mereka. Diawali dengan kehidupan suatu suku yang hidup berdekatan dengan hutan hujan tropis. Hutan tersebut didominasi oleh pohon-pohon tinggi menjulang ke langit. Hutan lebat dan masih terjaga tersebut menjadi satu-satunya tempat bagi masyarakat suku tersebut untuk mencari bahan makanan sehari-hari bagi keluarganya. Monyet menjadi salah satu hewan yang banyak hidup di hutan hijan tropis itu. Populasi monyet di hutan tersebut terbilang cukup untuk menjadi sumber makan sehari-hari. Namun masalahnya adalah monyet-monyet yang hidup di hutan hujan tersebut selalu berada pada ujung pohon kanopi yang tinggi sehingga dibutuhkan keahlian lebih untuk dapat berburu monyet tadi. Dalam suku tadi, terlihta kehidupan yang masih sederhana. Para lelaki dari suku tersebut masih menggunakan pakaian-pakaian asli suku tersebut, dan masih menggunakan senjata untuk berburu yang terbuat dari bahan kayu atau bambu dengan panjang tiga sampai lima meter. Ukuran senjata dibuat panjang dengan tujuan agar dapat menjangkau monyet-monyet yang sering bergelantungan di atas pohon kanopi yang tinggi, sehingga para pemburu dapat dengan mudah untuk menjangkau senjata agar tepat sasaran. Sebelum melakukan pemburuan monyet tadi, terdapat ritual untuk para pemburu yang hendak pergi ke hutan dengan tujuan memburu monyet. Ritual tersebut dimaknai agar para pemburu menjadi kuat dan tangguh saat memburu monyet tadi. Ritual yang diisi dengan memberikan cairan yang terkandung dalam kulit kodong untuk disisipkan ke lubang di daerah lengan yang dibolongi dengan ujung batang besi yang panas. Selain itu, beberapa cairan juga dimasukkan ke mata. Hak tersebut dilakukan agar mata para pemburu tetap ‘awas’ untuk menatap ujung-ujung pohon kanopi yang tinggi. Mungkin inilah yang dimaksud dengan hubungan antara lingkungan dengan budaya pada cuplikan pertama di film ini. Untuk bertahan hidup, mereka harus memburu monyet di hutan hujan tropis dengan didominasi oleh pohon-pohon kanopi yang tingginya menjulang ke langit. Untuk dapat terus bertahan dalam kebiasaan berburu monyet, dibuat ritual dengan tujuan agar para pemburu dapat lebih kuat untuk berburu monyet di hutan tersebut. Lingkungan mengharuskan mereka (para pemburu) untuk tetap kuat dalam memburu monyet yang selalu berada di atas pohon kanopi yang tinggi, sehingga dibutuhkan mata yang lebih jeli dari mata pada umumnya dan juga tubuh yang kuat dari kekuatan tubuh pada umumnya. Kemudian untuk memanggil monyet-monyet agar turun ke bawah pohon ada sebuah keahlian tersendiri yang dimiliki masyarakat pada suku di film ini. Dengan mengeluarkan suara seperti seekor monyet yang nantinya akan membuat monyet-monyet untuk turun ke bawah sehingga para pemburu lebih mudah untuk membidik monyet tersebut. Kembali lagi dapat dikatakan bahwa lingkungan juga mempengaruhi keahlian yang dimiliki oleh manusia yang hidup dan bergantung pada lingkungan tersebut.

            Monyet dalam suku itu juga memiliki makna tersendiri. Bayi monyet yang ada di hutan, dipilih oleh masyarakat tadi sebagai hewan peliharaan, sedangkan monyet-monyet yang ada di hutan adala monyet yang khusus untuk diburu dan dimakan. Menurut mereka, monyet yang dipelihara tidak bisa dimakan karena rasanya tidak enak. Namun jika dilihat dari cuplikan fil ini, monyet yang dipelihara dirawat dengan cara yang isitimewa. Masyarakat pada suku ini merawat monyet-monyet mereka sebagaimana seorang ibu merawat anak bayi mereka. bayi monyet yang masih butuh air susu sang induk, maka perempuan yang memelihara bayi monyet tadi harus menyusui monyet tadi. Hal tersebut jika dipelajari dalam ilmu kejiwaan, nantinya akan menimbulkan kedekatan yang biasanya terjalin antara ibu dan anak. Mungkin hal tersebut yang membuat masyarakat suku tadi memunculkan anggapan bahwa monyet yang dipelihara tidak dapat dimakan, karena memakan monyet yang dipelihara seperti merawat anak sendiri sama saja dengan memakan daging anaknya sendiri.

            Beralih ke sebuah daerah yang bernama Papua Nugini. Papua Nugini juga termasuk daerah yang masih memiliki banyak hutan-hutan lebat, di dalamnya banyak hidup hewan-hewan liar, serangga serta beberapa burung yang memiliki keindahan yang luar biasa. Salah satunya adalah burung Rifle Bird Paradise, burung dengan panjang sekitar 30 cm yang berwarna hitam dengan warna-warni mahkota biru kehijauan yang dimiliki oleh burung jantan sedangkan burung betinanya memiliki warna coklat. Burung jantan dapat mengembangkan sayapnya yang indah sambil bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri di hadapan burung betina untuk memikat mereka. burung tadi menjadi burung endemik daerah Papua Nugini yang kemudian sering diburu dan digunakan sebagai penghias kepala yang dipakai untuk tarian daerah setempat. Tarian tersebut nantinya akan ditampilkan pada festifal yang diadakan rutin di daerah tersebut. Nampak bahwa lingkungan dan biota yang terdapat pada sebuah daerah seringkali mempengaruhi kesenian, serta tradisi daerah tersebut. Seperti burung indah pada film ini, bulu dari burung ini dengan warna biru dipakai untuk hiasan kepala bagi penari daerah setempat menjadi tanda khas daerahnya, sehingga dapat membedakan ciri khas daerah satu dengan daerah yang lain. Tidak hanya burung dengan sayap biru yang indah tadi, kebiasaan masyarakat Papua Nugini juga mempengaruhi sikap seni masyarakat itu. Kebiasaan mereka mengambil air dari sumber air di hutan secara beramai-ramai, kemudian mereka membuat musik dengan air sebagai medianya.

            Setelah tadi terlihat bagaimana lingkungan dimanfaatkan secara bersahaja oleh masyarakat yang cenderung masih bersifat sederhana, kemudian diperlihatkan bahwa ada beberapa manusia yang memanfaatkan lingkungan dengan semena-mena, mementingkan masalah materi tanpa dibarengi dengan keselematan lingkungan. Dalam cuplikan film tersebut terlihat penebangan pohon secara liar di hutan. Pohon-pohon ditebang tanpa ada usaha untuk menanamnya kembali. Hutan gundul, ekosistem hutan terancam, ditambah pemberdayaan hewan gajah secara kasar. Gajah digunakan sebagai alat angkut untuk memindahkan batang pohon dari tengah hutan ke truk-truk pengangkut diluar hutan. Jarak yang ditempuh gajah tadi tidaklah dekat, jalur yang dilewati juga bukan jalur yang lurus dan halus, gajah yang membawa batang kayu dengan berat yang amat sangat berat. Miris meligat manusia yang memperlakukan sesama makhluk hidup tadi hanya untuk kepentingan material. Berkembangnya jamanlah yang akhirnya membuat manusia bertindak demikian. Materi dinilai segalanya agar manusia dapat tetap bertahan hidup. Jika modernisasi membuat manusia bertindak lebih condong untuk mementingkan materi semata, lebih baik kembali saja ke jaman masyarakat sederhana yang lebih bijak dalam memanfaatkan lingkungan. Seperti pada saat-saat ini, dimana rata-rata hutan di Indonesia sudah mulai gundul, asap kendaraan bermotor yang memiliki polutan yang berbahaya bagi pernapasan dan juga asap-asap pabrik yang juga memiliki kadar polutan lebih tinggi akhirnya memunculkan efek rumah kaca atau sering sekali disebut sebagai global warming atau pemanasan secara global. Budaya modern masyarakat sekarang yang semakin tidak mementingkan kelestarian lingkungan juga mempengaruhi lingkungan saat ini. maka dapat dikatakan sifat masyarakat dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitarnya. Bagi masyarakat yang bergantung pada hutan, hutan memiliki arti penting dalam hidup mereka. Namun kekuasaan manusia tidak berpihal pada mereka, jika hutan telah habis untuk dieksploitasi demi kepentingan penguasa yang tidak menyeimbangkan kepentingan terhadap mereka yang masih bergantung pada lingkungan, harus kemana masyarakat lokal tadi menggantungkan hidupnya. sedikit mengutip dari film tadi, “Their future doesn’t depend on them, it’s depend on us… our conscience”. Masa depan masyarakat yang biasa hidup selaras dengan alam, kini bergantung pada hati nurani manusia, sikap manusia untuk memanfaatkan alam dengan bijak dan bertanggung jawab menjadi salah satu harapan hidup mereka. hal tersebut menjadi pesan bagi manusia-manusia modern saat ini bahwa kita perlu untuk hidup dengan jalan yang berbeda-beda, karna merekalah orang-orang terakhir yang hidup bebas di planet ini.
          
  Selanjutnya menceritakan kehidupan yang sama yaitu masyarakat sederhana yang masih hidup bersahaja dengan alam. Bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya dimana alam dieksploitasi dengan semena-semena demi kepentingan penguasa. Masyarakat ini memanfaatkan pohon-pohon tua untuk membuat rumah pohon. Rumah pohon dibuat bersama-sama, baik perempuan ataupun laki-laki turut ikut membantu membuat rumah pohon yang diletakkan tinggi di atas pohon yang menjulang ke langit. Rumah pohon dibuat untuk melindungi mereka dari bahaya binatang buas, alam yang sudah tereksploitasi membuat habitat hewan-hewan terancam sehingga mengharuskan hewan-hewan tersebut untuk mencari tempat yang lebih baik. Suku Korowai yang merupakan salah satu suku di Papua Nugini membuat rumah pohon dengan alat yang sederhana serta bahan-bahan yang tersedia dari alam. Kesederhaan yang lekat dengan suku Korowai menjadi keunikan tersendiri yang dimiliki oleh suku tersebut. Tradisi membuat rumah pohon bagi suku Korowai dapat dikatakan memiliki fungsi untuk memperat kekerabatan antar masyarakatnya. Setiap kepala keluarga yang ingin membangun rumah pohon, para tetangga ikut membantu  membangun rumah pohon tersebut.

Kesimpulan
Lingkungan yang diciptakan oleh Tuhan dibuat dengan tujuan agar bermanfaat bagi kehidupan manusia. Keadaan alam yang asri, sumber daya alam yang melimpahmemerlukan keahlian yang khusus untuk memanfaat dan mengolahnya. Jika kembali ke masa lampau dengan keadaan masyarakat yang masih sederhana, kehidupan yang masih selaras dengan alam dan hidup yang masih bergantung dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Lingkungan dan kebiasaan memiliki hubungan yang nantinya akan mempengaruhi kehidupan manusia. Seperti pada suku Tsembaga yang hidup di pedalaman Irian. Orang-orang Tsembaga berbudaya holticulture yaitu terutama hidup dari hasil tanaman akar-akaran dan sayur-sayuran yang mereka tanam di kebun mereka, mereka juga memelihara babi-babi yang dipakai untuk memnuhi beberapa fungsi yang berguna. Meskipun babi jarang dimakan, namun babi itu “menjaga” kebersihan halaman karena memakan sampah-sampah dan karena tanah untuk perkebunan dirusak oleh babi, maka pengolahan tanah itu dibantu persiapannya oleh babi-babi tadi. Pemeliharaan babi dalam jumlah kecil mudah dilaksanakan, babi memakan apa saja yang “dibuang” manusia. Namun, lama-kelamaan permasalah muncul akibat jumlah babi yang terlalu banyak. Seringkali sisa-sisa makanan, sampah  dan kotoran tidak cukup lagi sehingga harus ditambah makanannya yang diambil dari jatah makanan manusia. pada akhirnya terpaksa manusia berebut makanan dengan manusia. Sehingga mau tidak mau, harus ada cara untuk mengatasi kelebihan populasi babi yang ada di Tsemabaga. Akhirnya masyarakat membuat sebuah ritual sebelum perang untuk mengatasi populasi yang berlebihan tadi. Di dalam ritual itu babi-babi disemeblih dan dimakan secara bersama-sama oleh para pejuang perang sebelum perang. Hal tersebut nantinya akan sedikit mengurangi populasi babi di Tsembaga, sehingga manusia tidak lagi harus berebut makanan atau berbagi makan dengan babi.

Hal tersebut menjadi salah satu contoh hubungan kebudayaan dengan lingkungan. Lingkungan terkadang dapat mempengaruhi kebudayaan sebuah daerah, mitos atau kepercayaan, kebiasaan, serta sifat-sifat dari masyarakat yang hidup berdekatan dengan alam. Namun, jika dilihat pada jaman sekarang ketika modernisasi mulai masuk dan merubah kebiasaan masyarakat yang dulunya bersifat sederhana berubah menjadi masyarakat yang selalu mengejar materi. Eksploitasi alam dilakukan untuk kepentingan penguasa tanpa memikirkan nasib masyarakat yang masih bergantung pada lingkungan. Terasa miris ketika dahulu masyarakat sederhana yang hidup selaras dengan lingkungannya dapat memanfaatkan lingkungan dengan tidak merusaknya, sedangkan masyarakat modern yang cenderung lebih dapat berpikir rasional dengan didukung ilmu pengetahuan serta teknologi yang maju namun tidak dibarengi dengan sifat bersahaja dalam mengeksploitasi alam. Sejatinya, manusia memang harus menggunakan hati nuraninya untuk lebih peduli kepada masyarakat yang masih menggantungkan hidupnya pada lingkungannya. Karena manusia selalu berpikir apakah yang membuat mereka hidup? Karena kehidupan merupakan bagian dari sikap dan pikiran imajinatif manusia itu sendiri, jadi mulailah untuk mencintai lingkungan anda sendiri dan mengenali lingkungan anda sendiri sebelum mencintai lingkungan modern yang ditawarkan dengan romatisnya oleh para penguasa dunia.
Referensi
Ihromi, T.O. 1999. Pokok-Pokok Antropologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Sairin, Sjafrin dkk. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar




[1] Baca “Pengantar Antropologi Ekonomi”, Sjafrin Sairin dkk, Pustaka Pelajar 2002

Senin, 10 Oktober 2016

CELOTEH ANAK KECIL TENTANG AHOK DARI ORANG MERDEKA MENJADI POLITIKUS YANG RAPIH DAN BAIK

CELOTEH ANAK KECIL TENTANG AHOK DARI ORANG MERDEKA MENJADI POLITIKUS YANG RAPIH DAN BAIK

Siapa yang tidak mengenal Basuki Tjahya Purnama biasa diakrab disapa dengan nama Ahok. Ahok adalah orang nomer satu seantero DKI Jakarta ya dia adalah Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta dikarenakan gubernur sebelumnya sang presiden terpilih yang terpilih pada 15 oktober 2012 Joko Widodo yang lebih dikenal dengan nama Jokowi berhasil masuk kursi Indonesia satu sebagai kepala pemerintahan kepresidenan pada tanggal 20 oktober 2014 periode tahun 2014-2019, Ahok menjabat mulai 19 November 2014 hingga hari ini dan akan mengikuti pemilihan gubernur untuk wilayah DKI Jakarta dalam periode tahun 2017-2022. Sesudah bicara tentang latar belakang Ahok dengan asal usulnya doi menjadi sang gubernur, kita perlu menimbang bagaimana sikapnya dan kebijakannya dalam melaju di DKI Jakarta 2017, disini saya akan berbicara tentang eksistensi Ahok itu sendiri secara humanisme dan secara persepektif politik dengan studi kasus yang ada saat dia lebih memilih mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta melalui jalur partai politik tidak seperti yang pernah dikatakannya dia akan melalui jalur independen setelah mengumpulkan 1 juta (satu juta) KTP “itu KTP loh bukan Kartu Remi men”. Padahal, pada tanggal 19 Juni 2016 lalu, dalam acara penghitungan mundur 1 juta KTP DKI, Ahok memastikan akan maju merebut kursi DKI 1 melalui jalur independen. Dan Ahok, kala itu berkoar lebih memilih jalur independen daripada jalur parpol. Eh si Ahok pun bikin pernyataan lagi pada tanggal 27 juli “Kami harus hargai partai politik. Makanya saya bilang ke Teman Ahok, sudah kita pakai parpol aja," kata Ahok saat gelaran halalbihalal di markas Teman Ahok, Jakarta, Rabu malam (27/7)”.(dilansir dari http://www.cnnindonesia.com/politik/20160727202345-32-147501/ahok-putuskan-maju-lewat-jalur-partai-politik/).

Okey tadi sampai mana? Oh iya sampai pada studi kasus dan juga pernyataan-pernyataan yang dilontarkan Ahok yah, okey kembali ke teori karena bahwasanya latar belakang penulis ini masih seorang mahasiswa yang tidak pantas jadi panutan. Kok bisa? Ya saya adalah mahasiswa semester 9 (wew) yang belum lulus bahkan masih mempunyai tanggungan terhadap sistem kredit semester (SKS) merupakan stereotip dan konstruksi masyarakat akan seorang mahasiswa yang tidak kompeten yang tidak bisa memenuhi syarat 4 tahun lulus (katanya sih), sudah cukup narsisnya dan pengenalan sedikit latar belakang saya kita kembali berbicara teori.  Kembali ke pokok permasalahan dalam judul si penulis mencantum kata “Merdeka”, apa itu merdeka? Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Merdeka, bebas dari penghambaan/penjajahan, dan sebagainya; berdiri sendiri. Kasus Ahok sangat menarik, ia mampu menarik 1Juta rakyat dengan konsepnya sendiri terbukti KTP yang sudah terkumpul itu sebanyak 1 juta KTP dibandingkan dengan jumlah penduduk Jakarta tahun 2015 menurut BPJS mencapai 10.117.900 keseluruhannya sedangkan menurut KPU pada pemilu legislatif tahun 2014 daftar pemilih mencapai 7 Juta jiwa dikawasan DKI jakarta dan yang menggunakan hak suaranya hanya 68,7%. Fakta bahwa pengumpulan 1Juta pemilih ahok dapat dikatakan ahok sudah mendapatkan 20% suara dari penduduk DKI Jakarta menurut opini saya. Disinilah fakta dapat dikatakan bahwasanya Ahok adalah manusia merdeka, dengan kegigihan dan usahanya sendiri mencari KTP 1 Juta pemilih yang tetap sudah menjelaskan bahwa rakyat memilih Ahok karena ia adalah makhluk merdeka dengan kebijakannya yang disenangi oleh rakyat sama sekali tidak ada campur tangan partai politik dalam kuasa ahok meraih suara 1 Juta KTP tersebut dan azas ke-demokrasian kita berbicara bahwasanya pemimpin yang baik dan benar adalah pemimpin yang dicintai rakyatnya yang maju karena rakyatnya mendukungnya dengan sukarela tidak ada pemaksaan, konsep inilah yang disebut merdeka dalam persepektif saya merdeka dari tuntutan partai politik, predikat pangkat, dan status sosial. Karena kita juga tahu bahwasanya Ahok bukanlah warga DKI Jakarta, Ia lahir di Belitung Timur dan berketurunan China serta beragama Kristen. Mengapa saya singgung latar belakang Ahok, jelas seperti slogan yang terdapat pada lagu si doel anak betawi; “aduh sialan si si doel anak betawi asli kerjaannye sembayang mengaji” secara garis besar Ahok dapat mendekonstruksi segala predikat masyarakat sosial dimana sosok pemimpin DKI Jakarta model baru karena dari segala aspek melalui Agama dan Ras para pemimpin DKI terlebih dahulu berkutat pada pemimpin yang beragama muslim, mengapa saya menyinggung agama disini? Jelas kaedah-kaedah agama adalah kaedah terkuat dalam hal konstruksi masyarakat sosial terlihat dimana surat suci al-quran memaparkannya dengan hadist Al-Maidah Ayat 51 terkecuali kaedah Pancasila galangan Bapak kita mantan presiden RI kedua Bapak Suharto.




Lantas, mengapakah Ahok lebih memilih jalur partai pada akhirnya? Rabu 27 Juli 2016 ahok menetapkan agar masuk jalur parpol tapi juga melibatkan teman ahok (https://m.tempo.co/read/news/2016/07/28/078791169/kenapa-ahok-akhirnya-pilih-jalur-partai-di-pilkada-dki) mengapa oh mengapa ahok kau sudah buat orang-orang capek mengumpulkan KTP eh malah ikutan parpol pada akhirnya. Jelas saja keuntungan yang didapatkan akan berlipat ganda ketika ada 2 kekuatan yang jelas membangunnya untuk maju menuju kursi DKI satu, sedikit menyinggung trend kedua dari Marchiavelli, yakni rakyat banyak gampang dibohongi dan dimanipulasi dukungannya lewat penampilan-penampilan sang penguasa secara menarik dan persuasif; rakyat hanya membutuhkan ilusi-ilusi yang kuat dan sangat mudah diyakinkan dengan apa yang mereka lihat dan saksikan secara langsung. Yoii Ahok sudah membuktikannya bahwasanya dia adalah seorang politisi yang baik setidaknya dia bisa memanipulasi bagaimana caranya yang dahulu pernah bilang akan maju dengan tanpa jalur partai dan sempat membuat saya berpikir bahwa Ahok adalah orang yang keren, manusia merdeka yang berazas demokrasi namun romantisme itu hanya ilusi belaka yang ditampilkan untuk tujuan semulanya. Sangat disayangkan? Ya tentu saja saya sendiri kecewa, namun kita tidak bisa begitu saja menilai Ahok itu salah. Mengapa? Sebagai pemimpin yang baik Ia adalah contoh dimana ia dapat memanipulatif dengan sedemikian rupa wajah rakyat dan membuat rakyat membelanya plus mendapatkan tambahan suara dari partai-partai politik. Kesimpulan saya sebagai wajah manusia Ahok telah gagal mendapatkan eksistensinya sebagai manusia merdeka? Mengapa karena bahwasanya Ahok telah terjajah oleh pikiran imajinatifnya akan predikat gubernur itu sendiri, ia melakukan apapun untuk mendapat kekuasaan bahkan menelan pernyataannya sendiri namun, Sebagai sosok pemimpin dalam persepektif politik beginilah wajah sang penguasa sesungguhnya, Ahok berhasil menarik perhatian dari rakyat dan partai politik dalam memperoleh dukungan dan membuat dirinya bahkan sepertinya tidak ada lawan yang sebanding dengannya apabila dibandingkan oleh Ahok untuk pemilihan gubernur tahun 2017 nanti. Tapi saya tegaskan sekali lagi, bahwasanya Ahok merupakan sosok pemimpin yang baik karena dapat melihat celah untuk mendapatkan kekuasaan itu dalam ranah perpolitikan, seperti kata Tsu Zu sang jendral perang China yang lahir 544 sebelum masehi Jika kau mengenali dirimu dan mengenali lawanmu kau tidak perlu takut untuk berperang, Ahok maju ke medan perperangan (pemilihan gubernur) dengan modal mengenali lawan politiknya yang bahkan sekarang disudutkan olehnya karena lebih memilih jalan parpol dan mengenali dirinya sendiri dengan perolehan suara dari KTP ahok yang berjumlah 1 Juta Jiwa KTP  menjadi calon independen pun tidak mudah hanya segelintir orang yang dapat berhasil menjadi pemenang dalam pemilihan gubernur ataupun walikota yang tercatat dalam sejarah pemilihan Indonesia, jadi Jakarte plus parpol udah cinta Ahok sekarang. Akhir kata saya tetap memilih Ahok itupun kalau saya sudah lulus kelak di tahun 2017 hehe untuk menjadi DKI satu karena saya menilai ya memang dia pantas untuk mendapatkan kekuasaan itu, permainan politiknya sungguh romantis nan dramatis plus sensasional tontonan yang menarik bukan? hehehe. Merdesaaa!! Eh salah Merdekaa!!!

Kamis, 06 Oktober 2016

Bicara Budaya contoh kecil tanggapan penggemar dan pemerhati televisi


Tokusatsu Bima Satria Garuda sebagai Budaya Populer Indonesia
Tokusatsu berasal dari dua kata yakni tokushu dan satsuei yang berarti ‘live action’. Menurut kamus, tokusatsu adalah salah satu genre dalam acara hiburan televisi yang menggunakan kostum dan efek sepesial dan umumya bertema kepahlawanan. Pengertian ini sekarang menjadi film super hero asal Jepang non-animasi (diperankan oleh manusia). Tokusatsu secara umum diperuntukkan sebagai tontonan semua umur. Menjamurnya industri kreatif  Jepang ini di Indonesia ini memberi dampak bagi Indonesia yaitu dengan adanya kerjasama antara Jepang dan Indonesia yang membuat sebuah anime yang diproduksi oleh Ishimori Production (sebuah perusahaan manga Jepang) yaitu Garuda Bima yang sekarang sampai mendapat sequel kedua yaitu Garuda BimaX. Televisi show tentang pahlawan bertopeng (tokusatsu) ini disutradarai oleh Hiroki Asai namun pemeran atau aktornya adalah berasal dari Indonesia. Kerjasama Ishimori Production dengan rcti inilah yang menjadi fokus penelitian saya dimana budaya populer tokusatsu yang masuk ke Indonesia mulai tahun 1990-an ini menjadi sebuah trend di dalam masyarakat Indonesia yang dimana tidak hanya sebuah tontonan saja yang menjadi populer namun juga baju dan segala macam atribut nya pun menjadi populer dalam masyarakat Indonesia.
Keywords:Fenomena Tokusatsu (Pahlawan Bertopeng), Budaya populer tokusatsu dan cosplay di Indonesia, Garuda Bima (Televisi Show)














PENDAHULUAN
Televisi sebagai alat media visual audio banyak digemari oleh masyarakat di Indonesia,  sebagai salah satu sarana penyampaian informasi dan juga hiburan bagi masyarakat televisi merupakan suatu barang yang sangat variatif dan juga menghibur. Televisi sebagai media komunikasi massal sangat berpengaruh terhadap penanaman budaya populer kepada benak audiensnya (penonton) dimana banyaknya budaya populer yang saat ini kita ketahui masuk ke indonesia dengan dibawa oleh televisi. Budaya populer atau Budaya Massa diartikan oleh McDonald sebagai kekuatan dinamis yang menghancurkan batasan kuno,tradisi,selera, dan mengaburkan segala macam perbedaan (Vidyarini, 2008:30). Budaya massa membaur dan dan mencampuradukan segala sesuatu, menghasilkan apa yang disebut budaya homogen. Budaya tinggi menyesuaikan diri dengan moral yang dianut suatu masyarakat. Bila budaya tinggi adalah suatu bentukan dari dukungan kestabilan dan kemapahan nilai-nilai dalam masyarakat, maka budaya populer pada awalnya bertindak sebagai counter culture yang melawan kemapaman, memberikan alternatif bagi sebuah masyarakat yang berubah, kemudian menjadi pemersatu unsur-unsur masyarakat yang terpisahkan kelas dan status sosial dalam satu komunitas massa ‘maya’.

Tokusatsu berasal dari dua kata yakno tokushu dan satsuei yang berarti ‘live action’. Menurut kamus, tokusatsu adalah salah satu genre dalam acara hiburan televisi yang menggunakan kostum dan efek sepesial dan umumya bertema kepahlawanan. Pengertian ini sekarang menjadi film super hero asal Jepang non-animasi (diperankan oleh manusia). Tokusatsu secara umum diperuntukkan sebagai tontonan semua umur, dengan target segmentasi utamanya adalah anak-anak ditayangkan biasanya pagi atau sore hari. Rata-rata serial televisi maupun film tokusatsu bertema kebaikan melawan kejahatan, dengan plot yang sederhana dan tidak berat. Namun ada juga serial ataupun film tokusatsu yang diperuntukan untuk dewasa yang ditayangkan di Jepang pada malam hari, karena mengandung materi yang cukup vulgar dan lebih eksplisit sehingga tidak pantas ditonton untuk semua umur.

Tokusatsu telah dikenal dalam masyarakat di Indonesia sejak era 1990-an saat itu tokusatsu yang sedang populer adalah Kamen Rider Black di Indonesia ditayangkan dengan judul Ksatria Baja Hitam yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta pada tahun 1992.  Setelah itu banyak stasiun televisi lain turut menayangkan serial tokusatsu dari berbagai genre sebagai tontonan hiburan untuk anak-anak selain anime. Serial tokusatsu yang hadir di televisi Indonesia tersebut mengalami proses penyulihan suara (dubber) untuk memudahkan penonton memahami jalan ceritanya. Baik program tokusatsu maupun anime menjadi acara televisi yang dominan ditayangkan sebagai program anak-anak sejak pertengahan 90-an hingga sekarang ini. Tokusatsu di Indonesia mengalami komodifikasi dari sebuah kegiatan menikmati pertunjukan media visual menjadi hobi yang berhubungan dengan tokusatsu tersebut. kegiatan tokusatsu yang diawali dengan menonton berlanjut dengan  mengoleksi benda-benda yang berhubungan dengan tokusatsu (merchandiseaction figure, replika, musik soundtrack, dan lainnya).

Sedangkan Indonesia saat ini memiliki tokusatsu-nya sendiri yaitu serial televisi show Bima Satria Garuda yang notabennya merupakan serial televisi yang diperuntukan untuk semua umur, bekerja sama dengan pihak jepang tepatnya Ishimori Production dan Bandai Collection dengan MNC Media merupakan pertama kalinya di Indonesia. Serial televisi show ini menceritakan tentang pahlawan bertopeng yang melindungi bumi dari serangan  kerajaan Vudo yang menguasai dunia paralel yang berada diambang kehancuran. Gambaran dari dunia paralel adalah dunia dimana  kegelapan abadi didalamnya yang merupakan tidak ada kehidupan alam didalamnya karena diambil alih oleh kerajaan Vudo. Tokoh Rasputin (diperankan oleh Sultan Simatupan) merupakan tokoh penguasa dari kerajaan Vudo yang sangat kejam, dalam ceritanya ini Rasputin mencari dunia lain untuk mencari sumber daya alam yang cukup untuk kelangsungan dunia paralel yang dikuasainya. Ada seorang Ilmuan yang berasal dari bumi yang melakukan percobaan untuk menyambungkan portal waktu yang bisa menhubungkan dunia paralel dengan Bumi dan  hasilnya dunia bumi dapat ditemukan oleh kerajaan Vudo. Dan Rasputin berencana akan menguasai bumi beserta isinya demi kelangsungan hidup dunia paralel.


Serial Tokusatsu yang diproduksi oleh Indonesia lebih tepatnya MNC Media dengan bekerjasama pihak Ishomori Production ini ditayangkan oleh stasiun televisi RCTI Mulai 30 Juni 2013 hingga 22 Desember 2013 (sequel pertama) setiap hari minggu pukul 08.30 WIB dan tayangan ulangnya hari sabtu pukul 15.00 WIB. Pada 15 Juni 2014, pihak MNC mengumumkan peluncuran sequel kedua Bima Satria Garuda yang berjudul Satria Garuda BIMA-X serial sequel ini mulai tayang pada 7 september 2014 sebanyak 50 episode menampilkan karakter baru dalam dunia BIMA. Tokusatsu Indonesia ini terinspirasi oleh tokusatsu Jepang yaitu Ksatria Baja Hitam, dikemas dalam nilai-nilai budaya Indonesia untuk menjadi pahlawan super baru Indonesia.
Tokoh Bima Satria Garuda (diperankan oleh Christian Loho), yang telah mendapatkan kekutatan super stone yang diberikan oleh seorang anak misterius yang bernama Mikhail (diperankan Aditiya Alkhatiri) dengan tujuan agar Bima Satria dapat menghentikan Rasputin untuk mengambil dan menguasai bumi. Dengan kekuatan super stone yang diberikan oleh Mikhail Bima dapat berubah wujud menjadi super hero Bima Satria Garuda. Disetiap pertempuran dengan Rasputin keluarga angkat Bima juga terlibat yaitu Ramdi Iskandar (diperankan Raihan Febrian) dan adiknya Rena (diperankan Stella Cornelia).  http://id.wikipedia.org/wiki/BIMA_Satria_Garuda). 

       Bima Satria Garuda adalah serial pahlawan super yang terinspirasi dari serial tokusatsu Jepang Ksatria Baja Hitam (istilah pelokalan yang pernah digunakan RCTI untuk serial Kamen Rider Black dan Kamen Rider Black RX yang populer di Indonesia, namun dikemas dengan nilai-nilai dan budaya Indonesia untuk menjadi pahlawan super baru Indonesia. Lokasi syuting BIMA diambil di Indonesia, khususnya di JakartaMenurut Reino Barack, Wakil Presiden Senior PT Global Mediacom sekaligus Produser Eksekutif serial ini, "BIMA Satria Garuda" juga ditujukan untuk menjadi sebuah model bisnis baru di dunia hiburan di Indonesia yang menawarkan jasa kampanye produk baru dalam bentuk licensing, sponsor, built in advertising dan merchandising pada para sponsor dan pengiklan. MNC Media (yang mayoritas sahamnya dimiliki Global Mediacom) bekerja sama dengan Itochu yang akan menjadi pemegang lisensi utama untuk "BIMA Satria Garuda" dalam membangun bisnis licensing yang dikembangkan di Indonesia. Itochu adalah salah satu perusahaan konglomerat terbesar dari Jepang yang banyak bergelut dalam bisnis licensing di dunia, sekaligus menanamkan modal di Ishimori Productions sejak tahun 2007. MNC Media juga bekerja sama dengan Bandai untuk memproduksi merchandise mainan "BIMA Satria Garuda" yang dirilis di Indonesia sejak penayangan perdana serial ini tanggal 30 Juni 2013.

Bandai sebagai produsen mainan yang sudah punya nama besar di seluruh dunia, sekaligus telah bertahan selama puluhan tahun di industri ini, tentu bukanlah perusahaan yang akan bertindak sembarangan. Tentu sudah ada perhitungan tersendiri dari Bandai, agar nantinya merchandise dari Bima Satria Garuda ini dapat laris di pasaran. Beberapa merchandise yang diproduksi oleh Bandai untuk Bima sendiri saat ini adalah mencakup pada action figure Bima dalam berbagai ukuran dan lainnya yang merupakan perlengkapan tokusatsu Bima.

Seperti yang saya tulis diatas para penggemar tokusatsu tidak hanya menjadi penikmat yang menikmati televisi show tokusatsu dengan cara menonton film tokusatsu maupun  mengoleksi action figure, Marchendise, ataupun DVD Original serial televisi show tokusatsu kesayangannya. Adapun kegiatan yang mereka lakukan yaitu cosplaycosplay merupakan singkatan dari costume roleplaying berarti kegiatan menggunakan kostum karakter yang terdapat dalam berbagai media, terutama berasal dari media Jepang (animetokusatsuvideo game, artis J-pop atau J-rock) sebagai bentuk representasi terhadap tokoh fiksi yang terdapat dalam media tersebut. penggemar melakukan cosplay dengan tujuan agar dapat tampil semirip dan serealistis karekter yang ditirunya tersebut. fenomena kegiatan cosplay di Indonesia bermunculan setelah maraknya berbagai acara (event) bertema Jepang dengan mengikutsertakan kegiatan cosplay. 

Landasan pemikiran di dalam isi Pembahasan di penelitian ini meliputi tentang rumusan masalah konsep budaya populer telaah disini mengambil sample tokusatsu bima satria garuda untuk ditelaah sebagai budaya populer Indonesia yang juga masih berbau asing ini, juga tanggapan tentang para konsumen tokusatsu bima satria garuda yang menonton sample dari forum diskusi internet (kaskus) juga menyinggung sedikit tentang praktek cosplay dalam kegiatannya sebagai budaya penggemar (fans). 





ISI
Kerjasama dalam hal perindustrian inilah yang menjadikan salah satu dari fokus penulis terhadap fenomena tokusatsu Bima yang tayang pada pertelevisian Indonesia, tidak hanya dalam bentuk kerjasama antara perundistrian televisi, penulis juga melihat fenomena tentang bagaimana dampak terhadap fenomena ini dalam masyarakat Indonesia dewasa ini. Karena kita mengetahui sendiri bahwa demam jejepangan mewabah masyarakat perkotaan dewasa ini.

Di dalam konteks Cultural Studiesbudaya populer menjadi salah satu sumber komprehensif untuk menelaah kaitan antara teks-teks budaya yang populer dengan ideologi atau hegemoni yang terkandung di dalamnya. Bentuk-bentuk budaya populer yang muncul dapat berupa film, serial televisi, musik, karya sastra, benda (teks) budaya lainnya, maupun gaya hidup yang dibentuk oleh sekelompok individu yang membentuk identitasnya sendiri. Storey (1996) menegaskan bahwa kajian mengenai budaya populer menjadi proyek sentral dalam cultural studies, meskipun cultural studies tidak bisa direduksi hanya berputar pada budaya populer saja. Hal ini disebabkan karena ‘budaya’ dimaknai secara politis bukan estetis, dimaknai dan dimengerti melalui teks dan praktik budaya yang muncul sehari-hari.

Budaya populer yang berasal dari Jepang merupakan salah satu bentuk budaya asing yang masuk dan diterima oleh masyarakat Indonesia. Bentuk media visual tersebut beragam dari anime, tokusatsu, film jepang dorama, permainan vide, dan lain-lain. Budaya populer yang berasal dari Jepang tersebut merupakan budaya yang diproduksi dan dikonsumsi secara luas terutama kalangan generasi muda dengan usia dibawah 30 tahun. Budaya populer tersebut berkembang dan menjadi pengaruh budaya di dunia dan berkontribusi terhadap perekonomian Jepang. Berkembangnya budaya populer Jepang secara lebih luas di Indonesia tidak lepas dari peranan masuknya serial animasi (anime) dan komik (manga) doraemon pada awal 1990-an. Sebelum Doraemon, masyarakat Indonesia menikmati berbagai anime dan tokusatsu melalui rental video betamax yang populer di era 1980-an. Penayangan Doraemon di salah satu telebisi swasta mendorong masuknya berbagai produk budaya populer lainnya seperti Dragon Ball ZYugi-oh, Flame of recca di Indonesia. Salah satu yang masuk ke Indonesia adalah tokusatsu yang terdiri dari berbagai genre dan dirilis dalam bentuk serial atau film.

Fenomena tokusatsu ini bahkan sampai memiliki sebuah komunitas yang menamai diri mereka komutoku, komutoku didirikan pada tanggal 7 mei 2007 mereka adalah perkumpulan fans dari film dan serial tokusatsu yang bergabung dalam forum di internet yang dibuat oleh fans tokusatsu Indonesia untuk membuat fans tokusatsu di Indonesia berani mengekspos eksistensi dirinya demi kemajuan tokusatsu di Indonesia. Komutoku memiliki visi membangun industri tokusatsu di Indonesia, dan misi menggalang fans tokusatsu membuka diri pada masyarakat, dan mengikuti acara bertema Jepang. Komutoku juga mendukung kegiatan insan perfilman tokusatsu independen serta mengembangkan minat dan bakat untuk memulai proyek film tokusatsu independen. Aktivitas komutoku terdiri dari berbagai kegiatan seperti koleksi merchandise yang tentu saja berhubungan dengan tokusatsu seperti kaos, action figure, replika, DVD original tokusatsu dari Jepang, dan melakukan cosplay di berbagai acara seperti AFA (Anime Festival Asia) kurang lebih apa yang dilakukan oleh komutoku ini hampir sama seperti para fans yang juga menyukai anime Jepang mereka juga melakukan hal yang persis sama menurut saya dengan apa yang dilakukan komutoku. Komutas tokusatsu di Indonesia merupakan manifestasi apa yang disebut sebagai budaya penggemar, mereka hadir sebagai bentuk kegiatan konsumsi budaya yang digemarinya.

Adapun tanggapan tanggapan dari para penonton bima satria garuda yang juga fans dari tokusatsu mereka mayoritas mendukung adanya produk kerjasama Indonesia ini ditayangkan (http://www.kaskus.co.id/thread/51837eb10a75b4213400000b/bima-satria-garuda-from-ishimori-pro/) mendiskusikan tentang adanya film ini yang juga membahas apa kekurangan dan membandingkan apa yang ada di dalam film tokusatsu bima satria garuda dengan tokusatsu lainnya yang sebelumnya pernah ada buatan Jepang. Namun adapun beberapa masyarakat yang berpendapat negatif terhadap film yang dikerjakan oleh Indonesia bekerjasama dengan bandai dan ishimori production ini, tetapi dari keseluruhan komentar yang ada dalam forum kaskus tersebut banyak yang mendukung dan juga memberikan saran dengan komentar yang baik seperti dikutip dari akun sunarkoplak 7-mei-2013 pkl 09:20, “overall desain & armor monster keren (didukung ishimori gitu loh) Cuma yang disayangkan, kalo tokusatsu ini mau memasukkan unsur budaya Indonesia kenapa banyak menggunakan istilah luar (macam: Rasputin,Azazel, Helios,dsb) jadinya malah gak terfokus ke mitologi pewayangan. Misalkan kalo organisasi musuhnya disebut KURAWA Empire, monsternya disebut: RHAKSASA/BHUTA, terus garuda yang jadi senjatanya disebut JATAYU. Pasti klop sama temanya (sekedar saran aja). Tapi gak apa2 deh minimal ini jadi salah satu langkah maju dimana film tokusatsu lokal digarap dengan serius dan sungguh2 ditunggu tanggal maennya neh.  Oiya moga senjata khas bima dimunculkan”.  Seperti kutipan diatas para pecinta tokusatsu sangat mendambakan adanya projek lokal (tokusatsu) yang dapat berkualitas dan bermanfaat bagi para penontonnya terutama anak-anak karena menurut salah satu kutipan kaskuser akun freedy_frame 25-Juni-2014, “ya gan daripada anak2 jaman sekarang disuguhin Ganteng2 Srigolo mending nonton ini gan”.

Tidak cuman tanggapan positif yang datang terhadap adanya televisi show bima satria garuda ini namun juga saya menemukan adanya salah satu blog seseorang yang mengkritik secara pedas terhadap produk garapan bandai dengan indonesia ini https://kasamago.wordpress.com/2013/07/02/damn-bima-satria-garuda-emang-buwat-anak-anak/ di dalam blog tersebut tertulis "Sisi jelek ada dalam kostum pasukan vudo,style nya jadul banget mirip dengan pasukannya GOD di film kamen rider X buatan tahun 1982. Coba pasukan vudo desainnya jangan datar bgt lah, malah jauh lebih bagus gavan,sharivan,Jiraiya ato Ultraman taro, semua buatan thn 80-an, jeda puluhan tahun tuh. Msih ad 25 episode lagi moga ada perbaikan".

Budaya populer merupakan salah satu objek paling komprehensif dalam konteks cultural studies. Istilah ‘budaya populer’ selalu mengacu pada konteks budaya yang dinikmati oleh banyak orang. Namun memiliki perbendaan-perbedaan yang kontras dengan bentuk budaya lainnya. Menurut Storey, budaya populer berarti budaya yang disenangi banyak orang (Storrey 1993:7). Budaya populer secara harfiah merupakan teks budaya yang umum dan biasa dikenal dalam lingkungan mmasyarakat yang populer (terkenal). Pemaknaan dan praktiknya sangat ditentukan oleh partisipasi yang dilakukan oleh para penikmat teks tersebut. Sehingga secara politis, budaya menjadi ajang perdebatan terhadap pemaknaan akan budaya terutama terhadap mereka yang berkuasa secara budaya.

Penggemar melakukan hal-hal yang berbeda dengan masyarakat umumnya dengan tindakan-tindakan yang dianggap berbahaya, menyimpang, sementara masyarakat biasa melakukan dengan normal dan aman. Pemahaman demikian menciptakan stereotip yang diskriminatif terhadap penggemar sekaligus pencitraan yang berat sebelah atas keantusiasan mereka terhadap teks budaya yang dinikmatinya. Penggemar, yang selera dan praktik budayanya berlawan dengan logika estetis kaum dominan, harus dipresentasikan sebagai ‘other’ (yang lain) (Jenkins, 1992:19). Dari sudut pandang kaum borjuis atau pihak yang berkuasa atas budaya dominan, kehadiran penggemar akan menganggu dan membahayakan standarisasi selera yang telah mereka kuasai. Bordieu (19979, dalam Jenkins 1992) melihat selera (taste) menjadi alat pembentuk identitas dan pembedaan antar kelas. Selera penggemar dianggap melanggar selera yang dimiliki oleh hirarki budaya yang dominan, penentuan terhadap selera tersebut merupakan alat pembenaran kaum dominan terhadap segala stereotip negatif yang ditunjukan kepada penggemar.






Analisis dan Kesimpulan
Dalam kenyataannya, posisi budaya populer menjadi rumit ketika dihadapkan pada konteks budaya tinggi atau budaya kanon yang memiliki nilai estetika yang berbeda dengan budaya populer tersebut. dari sudut pandang budaya tinggi, budaya populer hanyalah budaya yang berada di bawah standar yang telah ditentukan melalui selera, estetika, prefensi, maupun kualitas. Cara pandang seperti ini merupakan usaha mempertahankan posisi budaya tinggi dari serbuan budaya populer yang masif. Peneliaian seperti ini ditentukan oleh adanya nilai-nilai dan faktor yang membedakan kedua jenis budaya tersebut. storey (1993) menjelaskan bahwa faktor-faktor tersebut bisa dilihat dari kompleksitas budayanya, nilai moral yang dipakai sebagai tolak ukur, maupun pandangan kritis yang menentukan apaka sebuah budaya tersebut bernilai atau tidak. Akibatnya sangat sulit untuk menentukan apakah suatu budaya populer tersebut dapat dianggap berharga, atau bisa disamakan dengan budaya tinggi tersebut.

Konsumsi budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sirkuit budaya, bahkan merupakan momen yang paling krusial dalam prosesnya karena konsumsi merupakan aktivitas yang telah ditentukan sebelumnya oleh produksi. Pengertian konsumsi secara umum berarti menggunakan sesuatu yang merupakan kebalikan dari produksi. Konsumsi secara harfiah berarti “menggunakan” sesuatu yang sebelumnya telah diproduksi, sementara produksi tidak akan ada tanpa adanya mereka yang disebut konsumen sebagai target dari produksi tersebut. Mackay (1997:2) menegaskan bahwa consumption is seen as an active proccess and often celebrated as pleasure, and the consumer has become elevated to the status of citizen, the principal means whereby we participate in the polity. Pengertian ini menjelaskan bahwa konsumsi adalah sebuah proses aktif yang kadang dirayakan. Posisi seorang konsumen dalam status sosial masyarakat bisa berubah dengan mengkonsumsi suatu benda budaya. Konsumsi budaya dalam konteks postmodern telah berarti sebagai being the very material out of which we construct our identities we become what we consume (konsumsi budaya dilihat sebagai material yang membentuk identitas kita, kita menjadi apa yang dikonsumsi oleh ktia).

Melaui perkembangan zaman, konsumsi skearang tidak hanya dilihat sebagai kegiatan pasif menggunakan barang (komoditas oleh konsumen mereka yang disebut konsumen mulai menunjukan kreativitas dan keterlibatan yang lebih mendalam terhadap produk yang dikonsumsi. Kreativitas dan keterlibatan tersebut direfleksikan dalam kegiatan sehari-hari, merubah persepektif yang selama ini melekat terhadap konsumen. Konsumen mulai berperan aktif menggunakan produk-produk budaya kebutuhan mereka sendiri. Konsumen dalam sudut pandang de Chertau (1984) telah berubah dan mampu kreatif mengambil dan memanipulasi produk-produk yang mereka konsumsi. Konsumen sekarang telah memiliki kemampuan untuk menciptakan produksi budaya sendiri sebagai akibat dari reaksi terhadap budaya yang sebelumnya dikonsumsi. Hal ini terjadi karena keterlibatan dan kreativitas dari budaya (komoditas) sebagai basis awal. Konsumsi tidak menjadi akhir dari suatu proses, melainkan menciptakan hal awal lainnya menjadikan hal tersebut sebagai bentuk produksi baru. Seperti halnya bima satria garuda yang merupakan budaya populer Indonesia dari kerjasama dengan pihak Jepang, Indonesia tidak serta merta mengkonsumsi suatu budaya populer namun juga membuat awal daripada suatu budaya populer. Walaupun dalam praktiknya belum dapat menghasilkan sebuah karya yang dibuat oleh pihak Indonesia sendiri, namun ini adalah langkah awal dalam pembangkitan suatu produk baru yang inovatif.
Budaya penggemar selama ini sering dipahami dalam konteks negatif yang selalu dicirikan sebagai suatu kefanatikan yang potensial. Penggemar rata-rata dilihat dari kacamata umum sebagai korban dari produk-produk budaya yang mereka konsumsi secara berlebihan. Selain menjadi korban mereka juga menikmati produk budaya dengan cara yang berlebihan. Karakteristik penggemar selalu dipresentasikan sebagai antisosial, berpikiran pendek, dan selalu terobsesi terhadap apa yang dikonsumsinya tersebut. pandangan negatif tersebut juga diperkuat oleh adanya wacana umum terhadap orang lain (other).
Terlihat jelas bahwasanya tidak sedikit juga masyarakat umum dan netizen kita menganggap bahwa tontonan yang layak merupakan  berasal dari budaya dari luar, karena kompatipabel tayangan Indonesia yang kurang menarik dan mendidik sementara meninggikan produk budaya yang datang dari luar, film Bima Satria Garuda juga mendapatkan kritik pedas terhadap pelaksanaanya dan juga respon yang negatif karena kurangnya daya saing produk film negara sendiri dengan film yang ditayangkan oleh negara asalnya (Jepang) antusiasme budaya Jepang yang ada di Indonesia terlihat jelas bagaimana berbagai kalangan dari usia anak-anak sampai dewasa pun menikmati tontonan film jepang seperti anime, drama jepang, dan produk film jepang. Tidak banyak kita temukan downloader akan perfilman produk Jepang. Lantas dimanakah produk negara sendiri? Apakah memang kita tertinggal pengetahuan oleh negara lain sampai tidak ada ide yang datang kepada para kreator Indonesia dalam mewujudkan film yang dapat dinikmati oleh masyarakat luasnya sendiri?






Daftar Pustaka
Certeau, Michel de. (1984). The Practice of Everyday Life: University of California Press
Heryanto, Ariel.(2012)  Budaya Populer di Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra
Storey, John (1993). An Introduction Guide to Cultural Theory and Populer Culture. New York: Harvester Wheatseaf
__________ (2007). Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Pengantar Komprehensif: Teori dan Metode. Yogyakarta: Jalasutra
Kompasiana (2013) Simbiosis Mutualisme Merchandise dan Karakter dalam seri Bima Satria Garuda


Internet
Bandai. Product Catalog. 2 Januari 2015. http://www.bandai.co.jp/e/products/index.html