CELOTEH ANAK KECIL TENTANG AHOK DARI ORANG MERDEKA MENJADI POLITIKUS YANG RAPIH DAN BAIK
Siapa yang tidak mengenal Basuki Tjahya Purnama biasa diakrab disapa dengan nama Ahok. Ahok adalah orang nomer satu seantero DKI Jakarta ya dia adalah Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta dikarenakan gubernur sebelumnya sang presiden terpilih yang terpilih pada 15 oktober 2012 Joko Widodo yang lebih dikenal dengan nama Jokowi berhasil masuk kursi Indonesia satu sebagai kepala pemerintahan kepresidenan pada tanggal 20 oktober 2014 periode tahun 2014-2019, Ahok menjabat mulai 19 November 2014 hingga hari ini dan akan mengikuti pemilihan gubernur untuk wilayah DKI Jakarta dalam periode tahun 2017-2022. Sesudah bicara tentang latar belakang Ahok dengan asal usulnya doi menjadi sang gubernur, kita perlu menimbang bagaimana sikapnya dan kebijakannya dalam melaju di DKI Jakarta 2017, disini saya akan berbicara tentang eksistensi Ahok itu sendiri secara humanisme dan secara persepektif politik dengan studi kasus yang ada saat dia lebih memilih mencalonkan diri menjadi gubernur DKI Jakarta melalui jalur partai politik tidak seperti yang pernah dikatakannya dia akan melalui jalur independen setelah mengumpulkan 1 juta (satu juta) KTP “itu KTP loh bukan Kartu Remi men”. Padahal, pada tanggal 19 Juni 2016 lalu, dalam acara penghitungan mundur 1 juta KTP DKI, Ahok memastikan akan maju merebut kursi DKI 1 melalui jalur independen. Dan Ahok, kala itu berkoar lebih memilih jalur independen daripada jalur parpol. Eh si Ahok pun bikin pernyataan lagi pada tanggal 27 juli “Kami harus hargai partai politik. Makanya saya bilang ke Teman Ahok, sudah kita pakai parpol aja," kata Ahok saat gelaran halalbihalal di markas Teman Ahok, Jakarta, Rabu malam (27/7)”.(dilansir dari http://www.cnnindonesia.com/politik/20160727202345-32-147501/ahok-putuskan-maju-lewat-jalur-partai-politik/).
Okey
tadi sampai mana? Oh iya sampai pada studi kasus dan juga pernyataan-pernyataan
yang dilontarkan Ahok yah, okey kembali ke teori karena bahwasanya latar
belakang penulis ini masih seorang mahasiswa yang tidak pantas jadi panutan.
Kok bisa? Ya saya adalah mahasiswa semester 9 (wew) yang belum lulus bahkan
masih mempunyai tanggungan terhadap sistem
kredit semester (SKS) merupakan stereotip dan konstruksi masyarakat akan seorang mahasiswa yang tidak kompeten yang tidak bisa memenuhi syarat 4 tahun lulus (katanya sih), sudah cukup narsisnya
dan pengenalan sedikit latar belakang saya kita kembali berbicara teori. Kembali ke pokok permasalahan dalam judul si
penulis mencantum kata “Merdeka”, apa itu merdeka? Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Merdeka, bebas dari penghambaan/penjajahan, dan sebagainya; berdiri
sendiri. Kasus Ahok sangat menarik, ia mampu menarik 1Juta rakyat dengan
konsepnya sendiri terbukti KTP yang sudah terkumpul itu sebanyak 1 juta KTP
dibandingkan dengan jumlah penduduk Jakarta tahun 2015 menurut BPJS mencapai
10.117.900 keseluruhannya sedangkan menurut KPU pada pemilu legislatif tahun
2014 daftar pemilih mencapai 7 Juta jiwa dikawasan DKI jakarta dan yang menggunakan
hak suaranya hanya 68,7%. Fakta bahwa pengumpulan 1Juta pemilih ahok dapat
dikatakan ahok sudah mendapatkan 20% suara dari penduduk DKI Jakarta menurut
opini saya. Disinilah fakta dapat dikatakan bahwasanya Ahok adalah manusia
merdeka, dengan kegigihan dan usahanya sendiri mencari KTP 1 Juta pemilih yang
tetap sudah menjelaskan bahwa rakyat memilih Ahok karena ia adalah makhluk
merdeka dengan kebijakannya yang disenangi oleh rakyat sama sekali tidak ada
campur tangan partai politik dalam kuasa ahok meraih suara 1 Juta KTP tersebut
dan azas ke-demokrasian kita berbicara bahwasanya pemimpin yang baik dan benar
adalah pemimpin yang dicintai rakyatnya yang maju karena rakyatnya mendukungnya
dengan sukarela tidak ada pemaksaan, konsep inilah yang disebut merdeka dalam
persepektif saya merdeka dari tuntutan partai politik, predikat pangkat, dan
status sosial. Karena kita juga tahu bahwasanya Ahok bukanlah warga DKI
Jakarta, Ia lahir di Belitung Timur dan berketurunan China serta beragama
Kristen. Mengapa saya singgung latar belakang Ahok, jelas seperti slogan yang terdapat pada lagu si doel anak betawi; “aduh sialan si si doel anak betawi asli
kerjaannye sembayang mengaji” secara garis besar Ahok dapat mendekonstruksi
segala predikat masyarakat sosial dimana sosok pemimpin DKI Jakarta model baru
karena dari segala aspek melalui Agama dan Ras para pemimpin DKI terlebih
dahulu berkutat pada pemimpin yang beragama muslim, mengapa saya menyinggung
agama disini? Jelas kaedah-kaedah agama adalah kaedah terkuat dalam hal
konstruksi masyarakat sosial terlihat dimana surat suci al-quran memaparkannya
dengan hadist Al-Maidah Ayat 51 terkecuali kaedah Pancasila galangan Bapak kita mantan presiden RI kedua Bapak Suharto.
Lantas,
mengapakah Ahok lebih memilih jalur partai pada akhirnya? Rabu 27 Juli 2016
ahok menetapkan agar masuk jalur parpol tapi juga melibatkan teman ahok (https://m.tempo.co/read/news/2016/07/28/078791169/kenapa-ahok-akhirnya-pilih-jalur-partai-di-pilkada-dki)
mengapa oh mengapa ahok kau sudah buat orang-orang capek mengumpulkan KTP eh
malah ikutan parpol pada akhirnya. Jelas saja keuntungan yang didapatkan akan
berlipat ganda ketika ada 2 kekuatan yang jelas membangunnya untuk maju menuju
kursi DKI satu, sedikit menyinggung trend kedua dari Marchiavelli, yakni rakyat
banyak gampang dibohongi dan dimanipulasi dukungannya lewat
penampilan-penampilan sang penguasa secara menarik dan persuasif; rakyat hanya
membutuhkan ilusi-ilusi yang kuat dan sangat mudah diyakinkan dengan apa yang
mereka lihat dan saksikan secara langsung. Yoii Ahok sudah membuktikannya
bahwasanya dia adalah seorang politisi yang baik setidaknya dia bisa
memanipulasi bagaimana caranya yang dahulu pernah bilang akan maju dengan tanpa
jalur partai dan sempat membuat saya berpikir bahwa Ahok adalah orang yang keren, manusia merdeka yang berazas
demokrasi namun romantisme itu hanya ilusi belaka yang ditampilkan untuk tujuan
semulanya. Sangat disayangkan? Ya tentu saja saya sendiri kecewa, namun kita
tidak bisa begitu saja menilai Ahok itu salah. Mengapa? Sebagai pemimpin yang
baik Ia adalah contoh dimana ia dapat memanipulatif dengan sedemikian rupa
wajah rakyat dan membuat rakyat membelanya plus mendapatkan tambahan suara dari
partai-partai politik. Kesimpulan saya sebagai wajah manusia Ahok telah gagal
mendapatkan eksistensinya sebagai manusia merdeka? Mengapa karena bahwasanya
Ahok telah terjajah oleh pikiran imajinatifnya akan predikat gubernur itu sendiri, ia melakukan apapun untuk mendapat
kekuasaan bahkan menelan pernyataannya sendiri namun, Sebagai sosok pemimpin dalam persepektif politik beginilah wajah sang penguasa sesungguhnya, Ahok berhasil menarik perhatian dari rakyat dan partai politik dalam memperoleh
dukungan dan membuat dirinya bahkan sepertinya tidak ada lawan yang sebanding
dengannya apabila dibandingkan oleh Ahok untuk pemilihan gubernur tahun 2017
nanti. Tapi saya tegaskan sekali lagi, bahwasanya Ahok merupakan sosok pemimpin
yang baik karena dapat melihat celah untuk mendapatkan kekuasaan itu dalam
ranah perpolitikan, seperti kata Tsu Zu sang jendral perang China yang lahir 544 sebelum masehi Jika kau mengenali dirimu dan mengenali lawanmu kau tidak perlu takut untuk berperang, Ahok maju ke medan perperangan (pemilihan gubernur) dengan modal mengenali lawan politiknya yang bahkan sekarang disudutkan olehnya karena lebih memilih jalan parpol dan mengenali dirinya sendiri dengan perolehan suara dari KTP ahok yang berjumlah 1 Juta Jiwa KTP menjadi calon independen pun tidak mudah hanya segelintir orang yang dapat berhasil menjadi pemenang dalam pemilihan gubernur ataupun walikota yang tercatat dalam sejarah pemilihan Indonesia, jadi Jakarte plus parpol udah cinta Ahok sekarang. Akhir kata saya tetap memilih Ahok itupun kalau saya sudah lulus kelak di tahun 2017 hehe untuk menjadi DKI satu
karena saya menilai ya memang dia pantas untuk mendapatkan kekuasaan itu,
permainan politiknya sungguh romantis nan dramatis plus sensasional tontonan yang menarik bukan? hehehe. Merdesaaa!! Eh salah
Merdekaa!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar